Oleh: Herwan F.

KANALNEWS.co, Jakarta – Kebutuhan dasar anak  cerdas, kreatif, dan memiliki perilaku baik secara emosi maupun spiritual harus memenuhi tiga hal, yakni  mendengar, melihat tercukupinya asuh, asih dan asah.

Asuh merupakan  kebutuhan fisik-biologis anak dari nutrisi yang diberikan orangtua mulai dari vitamin, protein, karbonhidrat, zinc dan zat gizi lainnya. Kemudian pemberian imunisasi  lengkap, kebersihan badan dan lingkungan serta olahraga dan sarana bermain sesuai usia anak yang akan membuat tubuh anak menjadi kuat dan sehat.

Asih, cukupnya kasih sayang, seorang anak akan mendapatkan rasa aman, nyaman dan terlindungi didalam rumah. Berikan penghargaan berupa pujian atas hasil pekerjaannya hal ini akan membuat anak menjadi cerdas, kreatif dan mandiri.

Asah merupakan menstimulasi sensorik, motorik yang akan melatih kemampuan emosi serta kemampuan sosial anak  mendengar, melihat dan mencoba. Dengan ‘membiarkan’ anak bermain  dan tidak membatasi dengan kata ‘jangan’ akan merangsang otak kanan dan kiri anak dalam masa tumbuh kembangnya.

“Untuk melatih otak kanan dan kiri yang sama pentingnya dalam tahap tumbuh kembang anak, hindarkan kata ‘jangan’ andai anak kita yang berumur di bawah tiga tahun memberikan mainan dengan tangan kiri,” ujar dr. Soedjatmiko, Sp(K), M.Si, Ketua Divisi Tumbuh Kembang – Pediatri Sosial Dep. IKA FKUI RSCM pada seminar kesehatan anak Being Healthy and Smart Children yang diselenggarakan  Prodia Child Lab di Jakarta, Sabtu (20/10) lalu.

Acara yang digelar dalam rangka perayaan satu tahun Prodia Lab ini juga menghadirkan parenting communication specialist Hana Yasmira, M. Si dan Branch Manager Prodia Child Lab Hera Yuliana Itantri, M. Kes.

Menurut dr. Soedjatmiko salah satu kebutuhan nutrisi yang harus di penuhi dalam proses tumbuh kembang anak tersebut adalah cukupnya zat besi (zinc).  Zat besi mampu mengangkut oksigen keseluruh sel tubuh termasuk ke otak. Kekurangan zinc pada kasus anemia defisiensi besi akan menyebabkan rendahnya kecerdasan, lambatnya proses pembelajaran dan sulit memusatkan perhatian serta mengalami gangguan perilaku.

“Ciri anak yang kekurangan zat besi dapat mengakibatkan rendahnya prestasi di sekolah dan kurangnya ketrampilan dalam memecahkan masalah,” kata dr. Soedjatmiko.

Branch Manager Prodia Child Lab Hera Yuliani Intantri menambahkan, untuk mendeteksi adanya anemia defisiensi besi adalah pemeriksaan laboratorium feritin yang sangat penting dalam mengukur seberapa banyak cadangan besi dalam darah.

“Melalui pemeriksaan tersebut, klinsi dapat membatu para orangtua untuk mengetahui apakah cadangan zat besi dalam tubuh buah hatinya tercukupi atau tidak,” kata Hera.

Sementara Parenting Communication Specialist Hana Yasmira memaparkan bagaimana menumbuhkan kecerdasan mental anak melalui komunikasi dengan membantu anak mengenali emosi dirinya sendiri, sampaikan pernyataan dan empati orangtua lewat kata-kata, ‘Ibu lihat kamu cemas sekali’, atau ‘wah, kamu senang sekali ya bisa pergi ke rumah nenek’, ‘kamu benar-benar kecewa ya tidak ibu belikan mainan itu’.

Cara lain yang lebih mudah dengan mendengarkan curhat anak dengan sungguh-sungguh tanpa disertai keinginan untuk menghakimi, menghibur, meremehkan, atau mentertawakan ceritanya.

“Fokuskan perhatian pada emosi yang menyertai cerita anak, seraya membantunya mengenali perasaannya,” kata Hana.

Jika anda ingin berkomentar tentang ceritanya, pastikan kata-kata anda justru mendorong buah hati anda untuk bercerita lebih banyak dan tidak menyakiti hatinya serta tidak membuatnya surut untuk menjadi sosok yang lebih baik.*