KanalNews.co, Jakarta – Sejumlah agen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang ada di wilayah Jakarta dan Depok mengeluhkan sulitnya mendapatkan pasokan dari distributor pasca libur Lebaran 2024 baru-baru ini. Sementara, permintaan dari para pembeli sangat ramai karena ingin mengisi stok AMDK di warung-warung mereka setelah buka lagi sehabis libur Lebaran.

Salah satu yang mengeluhkan kondisi kekosongan stok AMDK pasca Lebaran ini adalah Ibu Suryaningsih, pemilik agen AMDK Surya Amo yang berada di kawasan Pesanggrahan, Bintaro, Jakarta Selatan. Dia mengungkapkan stok AMDK di gudangnya sempat kosong selama 4 hari setelah libur Lebaran. Dia sendiri mengakui kembali berjualan pada 3 hari setelah Lebaran. “Padahal saat itu banyak warung yang datang untuk membeli. Saya sudah minta berkali-kali sama depo, tapi tidak juga ada pengiriman,” tuturnya.

Dia menyampaikan kemungkinan hal itu terjadi karena adanya kebijakan pemerintah yang melarang truk-truk besar untuk beroperasi selama beberapa hari sebelum dan setelah Lebaran. “Pelarangan truk besar AMDK beroperasi sangat berdampak pada kekosongan stok AMDK di gudang kami. Hal itu mungkin yang menyebabkan pengiriman jadi tersendat sampai sekarang,” ujarnya.

Dia juga mengakui bahwa tersendatnya pengiriman AMDK ini sudah terjadi sejak beberapa hari sebelum Lebaran. “Sebelum Lebaran pengiriman juga sudah mulai tersendat, sehingga banyak produk-produk AMDK, baik kemasan gelas, botol maupun galon yang tersendat,” ungkapnya.

Saat ini saja, kata Ibu Suryaningsih, pengiriman masih belum normal seperti biasanya. Menurutnya, depo tidak bisa memenuhi sejumlah AMDK yang dimintanya. “Misalnya kita minta 500, kita hanya kebagian 200 saja dan itu pun langsung habis terjual. Alasan dari depo tidak bisa memberikan sesuai permintaan saya adalah agar agen-agen lainnya juga kebagian,” katanya.

Pemilik agen AMDK lainnya yaitu agen Sejahtera, Bapak Agus yang berada di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan juga mengatakan adanya ketersendatan pengiriman AMDK ini dari depo. “Kami baru dapat pengiriman beberapa hari setelah libur Lebaran dan itupun tidak bisa sesuai dengan permintaan kami,” tukasnya.

Dia juga menduga hal tersebut disebabkan adanya pelarangan terhadap truk besar yang mengangkut AMDK ini selama masa Lebaran. “Pengiriman mungkin tidak bisa cepat dilakukan karena banyak agen yang juga meminta. Hal itu mungkin karena sempat terhentinya truk-truk besar yang tidak diijinkan pemerintah untuk beroperasi selama Lebaran kemarin,” katanya.

Agen di wilayah Depok juga mengalami nasib serupa. Pemilik agen AMDK di wilayah Pasar Pal, Tugu, Depok, Hendrik, mengatakan pengiriman AMDK pasca libur Lebaran sering telat. Menurutnya, dari penjelasan pihak depo, hal itu disebabkan belum adanya lagi pengiriman AMDK dari pabrik. Hal itu disebabkan karena kekosongan yang sempat terjadi pada jalur-jalur distribusi tidak dapat terisi atau tergantikan dengan cepat dari pabrik. “Hingga saat ini juga pengiriman terkadang masih telat, sementara pembelinya sangat banyak. Jadi, begitu ada pengiriman, semua dengan cepat terjual habis,” ungkapnya.

Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) tidak setuju dengan wacana kebijakan pembatasan angkutan logistik pada saat momen Lebaran hanya karena alasan kemacetan. Ketua BPKN, Muhammad Mufti Mubarok, menilai justru dengan adanya pelarangan tersebut, masyarakat akan dibuat menderita karena terjadi kelangkaan barang yang dibutuhkan saat momen lebaran tersebut.

“Nggak usah dilarang-larang seperti itulah menurut saya. Ini kan tradisi mudik yang sudah turun-temurun. Seharusnya tradisi keagamaan ini kan harus disupport, bukan dihalang-halangi. Malah pemerintah seharusnya bukan melarang tapi memikirkan bagaimana mekanisme pengamanan terkait angkutan logistik dan kendaraan mudik itu, semuanya bisa aman dan safety,” ujarnya.

Anggota Komisi V DPR RI, Suryadi Jaya Purnama, juga mengatakan kegiatan momen lebaran tidak boleh mengganggu aktivitas distribusi logistik. Sebab, peniadaan distribusi barang itu akan menyebabkan kelangkaan barang di daerah-daerah dan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga yang memicu inflasi.

“Intinya, kelancaran mudik tetap menjadi perhatian utama, tapi ketersediaan dan distribusi logistik juga tidak boleh diganggu,” katanya. (adt)