Foto: ANTARA

 

Kanalnews.co, JAKARTA – Universitas Airlangga (UNAIR) hari ini menyerahkan bibit vaksin Merah Putih kepada PT Biotis Pharmaceutical. Penyerahan dilakukan oleh Rektor UNAIR Muhammad Nasih secara simblogis, di FX Sudirman, Jakarta, Selasa (9/11).

Penyerahan bibit vaksin tersebut sekaligus menandai kerja sama antara PT Biotis (sebagai salah satu mitra untuk memproduksi vaksin Merah Putih) dengan UNAIR. Penyerahan tersebut turut disaksikan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa serta Ketua Majelis Wali Amanat, Wakil Rektor, dan seluruh Dekan Universitas Airlangga.

”Saya ucapkan rasa bangga yang sangat tinggi kepada rekan-rekan di Universitas Airlangga yang telah mampu menghasilkan seed vaksin dalam negeri,” kata Menkes Budi, dikutip dari keterangan tertulis.

Berdasarkan keterangan, vaksin Merah Putih merupakan vaksin yang dikembangkan oleh peneliti Indonesia guna memenuhi kebutuhan vaksin COVID-19 di Tanah Air. Pengembangan vaksin Merah Putih diketahui turut melibatkan berbagai institusi. Salah satunya, Unair yang merupakan anggota konsorsium yang mengembangkan vaksin Merah Putih dengan platform inactivated virus.

Bibit vaksin Merah Putih sendiri telah melalui uji praklinis tahap 1, 2, dan 3 kepada hewan dengan hasil yang aman dan baik. Selanjutnya, bibit vaksin akan mulai dilakukan uji klinis tahap 1 kepada 100 orang, diteruskan dengan uji klinis tahap 2 pada Januari 2022 mendatang kepada 400 orang dan uji klinis terakhir atau yang ketiga pada Februari 2022 mendatang kepada sekitar 1000 orang.

”Ini kan sudah lulus uji praklinis ke hewan, kalau bisa uji klinisnya mulai tahun ini, untuk mengukur keamanannya,” tutur Budi.

Budi berharap, bibit vaksin Merah Putih ini nantinya bisa dikembangkan untuk memberikan vaksin booster dan vaksin bagi anak-anak usia 5-12 tahun.

”Karena saat ini baru ada satu vaksin yang bisa digunakan untuk anak usia 5-12 tahun. Padahal ada 30 juta anak-anak di Indonesia yang menjadi sasaran penerima vaksin COVID-19,” terang Budi.

Lebih lanjut, Budi juga mengapresiasi keberhasilan UNAIR menemukan vaksin sendiri, merupakan tonggak sejarah dalam perkembangan sistem kesehatan Indonesia. Budi berharap, momentum baik ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan sarana dan prasarana terutama fasilitas dan kompetensi pengembangan vaksin.

”Saya berharap Indonesia bisa menguasai teknologi, bukan hanya berbasis dari teknologi virus bukan hanya berbasis teknologi protein rekombinan maupun asam nukleat,” imbuhnya. (RR)