
Kanalnews.co, JAKARTA- Anjloknya IHSG diduga terjadi karena isu Menteri Keuangan Sri Mulyani akan mundur dari jabatannya. Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menjamin Sri Mulyani tak akan mundur dari Kabinet Merah Putih.
“Kalau pertanyaan Bu Sri Mulyani, saya pastikan Bu Sri Mulyani tidak mundur dan fiskal kita kuat,” ujarnya di Bursa Efek Indonesia, Selasa (18/3) .
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada Selasa (18/3) siang. Tercatat, per pukul 11.49 WIB, indeks terperosok 420,97 poin atau minus 6,58 persen ke level 6.046.
Hal ini menjadikannya indeks dengan pelemahan terdalam dibandingkan indeks lainnya di kawasan Asia. Bahkan, IHSG sempat merosot lebih dari 3,4 persen sebelum sedikit mereda.
Kondisi ini sangat kontras dengan pergerakan indeks saham lainnya di Asia yang justru mengalami penguatan signifikan.
Penyebab IHSG Anjlok
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai rumor Sri Mulyani akan mundur membuat gejolak pasar. Namun, ada beberapa faktor lainnya yang menyebabkan IHSG anjlok.
“Ada juga isu dan rumor Sri Mulyani mau mundur itu juga membuat pasar mengalami gejolak,” ucap Arjun, Selasa (18/3/2025).
Penyebab pertama, kekhawatiran perang dagang dan arus keluar dana asing yang menyebabkan ketidakpastian global masih menjadi faktor utama yang mendorong investor asing keluar dari pasar saham Indonesia. Risiko tarif impor, pembatasan perdagangan, serta potensi ketegangan baru antara negara-negara besar membuat investor lebih berhati-hati dan cenderung mengalihkan dana ke aset yang lebih aman.
Kedua, pelemahan ekonomi domestik dan ketidakpastian regulasi. Perlambatan ekonomi dalam negeri semakin terasa, tercermin dari turunnya penerimaan pajak yang menunjukkan lemahnya aktivitas bisnis.
Kemunculan pembentukan holding BUMN media Danantara menimbulkan kekhawatiran. Kondisi itu berpotensi mempengaruhi industri dan regulasi di Indonesia. Apalagi, gelombang PHK belakangan juga terjadi.
Banyaknya pabrik yang tutup menandakan lemahnya daya beli masyarakat serta tekanan terhadap sektor manufaktur dan tenaga kerja.
Ketiga, penurunan harga komoditas dan dampaknya terhadap pendapatan negara : Melemahnya harga komoditas global, seperti batu bara, minyak sawit (CPO), dan nikel, memberikan tekanan pada sektor yang selama ini menjadi salah satu pendorong ekonomi Indonesia.
Harga komoditas yang lebih rendah tidak hanya berdampak pada pendapatan emiten di sektor pertambangan dan perkebunan, tetapi juga mengurangi penerimaan negara dari ekspor dan royalti.