Kanalnews.co, MALANG — Pemuda Kalipare mengundang Lembaga Bahtsul Masail Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (LBM MWC NU) Kecamatan Kalipare, menggelar forum bertajuk “Musyawarah Strategi Kajian Di tengah Masyarakat” pada Rabu, (10/7/2024) di Madrasah Al Fatimiyah, Dusun. Sumber Maron, Desa. Kalipare, Kecamatan, Kalipare Kabupaten Malang.
Forum yang membahas terkait langkah-langkah kajian di tengah masyarakat ini dihadiri langsung oleh Ustadz Fakhruddin Rozy selaku Ketua LBM MWC NU Kalipare dan Pengasuh Madrasah Al Fatimiyah Ustadz Nur Wahid, para santri, hingga pemuda lintas komunitas, termasuk aktivis.
Ketua LBM MWC NU Kalipare, Ustadz Fakhruddin Rozy mengungkapkan bahwa antusiasme masyarakat masyarakat masih belum sejalan dengan sumber daya manusia (SDM) yang ada di LBM.
“Sementara ini Lembaga Bahtsul Masail di Kalipare kekurangan SDM, sedangkan masyarakat antusias dalam pencarian jawaban (solusi) atas persoalan yang dihadapi berkaitan, termasuk dengan hukum syariat” ujar Ustadz Fakhruddin.
Oleh karena itu dalam kesempatan tersebut, Ustadz Fakhruddin juga mengajak pemuda untuk aktif di LBM sekaligus mengabdikan diri kepada masyarakat, khususnya melalui kajian bahtsul masail.
“Ya, mari anak-anak muda berpartisipasi dalam Lembaga Bahtsul Masail, menyumbangkan segenap tenaga, dan pikiran, sehingga bisa menebar manfaat bagi masyarakat,” kata Ustadz Fakhruddin.
Sementara itu, Ustadz Nur Wahid berpesan agar generasi muda beradaptasi dengan perkembangan teknologi, terlebih dalam kajian-kajian keagamaan.
“Saat ini kita dihadapkan era digital generasi pemuda harus bisa adaptif. Sehingga, tidak mudah tergerus perkembangan zaman dan mampu berdaya saing secara keilmuan,” ungkap Ustadz Nur Wahid.
Di sisi lain, Ridwanulloh salah satu peserta forum berharap, kedepannya LBM MWC NU dapat mempublikasikan hasil kajian melalui offline maupun online untuk mewadahi masyarakat secara luas sesuai dengan kebutuhannya.
“Kita tahu bahwa saat ini masyarakat mayoritas menggunakan media sosial, harapan saya kedepannya LBM dapat mengembangkan publikasi hasil kajian secara offline seperti, dalam bentuk buku, buletin, ataupun majalah. Selain itu juga bisa dalam bentuk online, misalkan melalui media sosial, ataupun website agar mudah dijangkau masyarakat,” harapnya (aof)