KANALNEWS.co, Solo – Salah satu kegiatan di hari terakhir Media Gatheraing INAPGOC mengunjungi pemusatan latihan nasional (pelatnas) cabang olahraga (cabor) boccia di Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis (6/9/2018).

Boccia adalah salah satu cabor yang bakal ambil bagian di Asian Paragames 2018. Barangkali ini yang menjadi alasan utama atlet buccia fokus latihan di pelatnas tersebut.

Yang menarik dari sisi kepelatihan – buccia agak beda dengan cabor lain, dimana pelatih harus mendampingi atletnya secara terus menerus.Setelah latihan, atlet buccia tetap harus didampingi oleh pelatihnya.

Pelatih boccia, Andrian Martgatha Kasih saat berbicang-bincang dengan media di pelatnas cabor boccia,  Solo, mengatakan, adanya semacam kerja tambahan pelatih disebabkan, atlet boccia rata-rata penyandang cacat cerebral palsy alias gangguan otot dan gerak tubuh.

Dicontohkannya, Andi dan Awang. keduanya ini adalah penyandang cacat cerebral palsy alias gangguan otot dan gerak tubuh. Andi tak bisa berbicara alias bisu sedangkan Awang memiliki keterbatasan bergerak.

“Faktor ini yang membuat pelatih harus terus mendampingi meraka selama 24 jama. Andi, misalnya, dia tidak bisa berbicara, kalau tidak ada pendamping, tentu akan sulit mengarahkan komunikasinya,” kata Andrian.

Boccia olahraga melempar bola, teknis gerakan melempar bola ke arah target, ini membutuhkan akurasi ketepatan dan daya dorong kekuatan otot kesabaran atlet boccia.

Cabor ini, seperti telah disinggung, akan dipertandingkan di Asian Paragames 2018, yang sebelumnya, cabor buccia telah dipertandingkan di Asian Paragames pertama tahun 2010, Guangzhou.

Ada dua jenis bentuk pertandingan boccia yakni kelompok dan perorangan. (mul)