Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan hal itu berdasarkan hasil penyidikan yang dilakukan, sopir GranMax itu kurang istirahat karena sudah bekerja bahkan dari Jumat lalu. Dengan kondisi demikian, supir mudah mengalami microsleep.
“Jika kita mengemudi dalam keadaan kurang istirahat yang baik, maka pengemudi akan berkurang kemampuannya untuk berkonsentrasi dalam mengemudikan kendaraan. Dalam situasi seperti ini pengemudi akan sangat mudah mengalami microsleep,” kata Soerjanto dalam keterangannya, Kamis (11/4).
Lalu Minggu (7/4), kendaraan itu berangkat dari Ciamis pada pagi hari menuju ke Jakarta untuk mengantar penumpang. Super tersebut, sempat beristirahat dan sore hari berangkat menuju ke Ciamis untuk mengantar penumpang.
Selanjutnya, GranMax itu kembali melakukan perjalanan ke Jakarta untuk menjemput penumpang dan tiba di Jakarta pukul 00.00 WIB.
Berikutnya, pada Senin (8/4) pukul 02.00 WIB kendaraan menjemput penumpang dan pukul 03.00 WIB menjemput ke Cilebut.
Kemudian, sekitar pukul 05.30 menjemput ke Bekasi dan kembali berangkat menuju ke Ciamis pada pukul 06.00 WIB.
“Pada kendaraan ini juga berpenumpang 12 orang, di mana seharusnya berkapasitas 9 penumpang dan belum lagi ditambah dengan barang bawaanya. Hal ini tentunya juga menambah ketidakstabilan kendaraan,” ucap Soerjanto.
“Adapun untuk fatalitas korban disebabkan para penumpang yang berada di mobil penumpang tidak menggunakan sabuk keselamatan,” katanya.
“Mengimbau sebelum berkendara jarak jauh, yakinkan diri (pengemudi, pemilik kendaraan,calon penumpang) kita telah beristirahat dengan baik dan cukup, serta jujurlah pada diri sendiri jika telah lelah beristirahatlah sebelum melanjutkan perjalanan,” pungkasnya.
Sebelumnya, kecelakaan maut terjadi di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek lajur contraflow pada Senin (8/4) sekitar pukul 08.15 WIB. Akibatnya, 12 orang meninggal dunia dan dua orang lainnya mengalami luka-luka. (ads)