Foto ist

Kanalnews.co, JAKARTA– Penetapan Bali sebagai tuan rumah seri 4 Liga 1 menjadi sorotan. PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) dianggap terlalu memaksakan.

PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) telah menunjuk Bali sebagai tuan rumah liga 1 putaran kedua. Pada awalnya, Bali tidak masuk dalam daftar calon tuan rumah sistem bubble to bubble yang ditetapkan PT LIB.

Hanya ada Jakarta, Tangerang – Bekasi, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun tiba-tiba Bali muncul sebagai tuan rumah di tengah jalan menggantikan Jatim.

Menurut PSSI melalui waketumnya Iwan Budianto, Bali telah lolos verifikasi. Sebabnya, memiliki 4 stadion yang layak untuk menjadi tuan rumah yaitu Stadion Kapten I Wayan Dipta di Kabupaten Gianyar, Stadion I Gusti Ngurah Rai di Kota Denpasar, Stadion Kompyang Sujana di Kota Denpasar, dan Stadion Samudra di Kabupaten Badung.

Ada tiga aspek yang menjadi point utama untuk diverifikasi, yaitu infrastruktur lapangan dan lampu, marketing area, serta host broadcaster area.

Pengamat sepakbola Akmal Marhali mempertanyakan alasan PSSI menunjuk Bali sebagai tuan rumah. Sebab, secara infrastruktur jauh dari standar, seperti stadion yang fasilitasnya kurang maksimal. Dari 4 stadion tersebut, hanya Stadion Kapten I Wayan Dipta yang layak digunakan.

“Banyak regulasi yang dilanggar, banyak pula kebijakan yang berubah di tengah jalan,” kata Akmal Marhali kepada Kanalnews.co.

“Entah model verifikasi apa yang dilakukan. Faktanya, hanya Stadion I Wayan Dipta yang layak, tiga lainnya di bawah standar Liga1. Mulai dari ruang ganti yang tak layak, lampu penerangan, sampai soal penyiaran. Bahkan, buat menggelar jumpa pers saja menggunakan tenda portabel. Sudah seperti acara turnamen 17-an antar kampung,” kata Akmal Marhali.

Pria yang juga Koordinator Save Our Soccer itu menilai PSSI dan LIB tak serius menjalankan kompetisi. Pantas saja, jika prestasi Timnas mandek karena kompetisi tak sehat.

“Sungguh ini sangat memprihatinkan. PSSI dan LIB harus menjelaskan ke publik kenapa bisa Bali yang tidak siap menjadi tuan rumah dipaksakan,” katanya.

“Sangat rugi besar baik materil maupun immateril bila kompetisi sekadar jalan. Wajar, bila ranking kompetisi Indonesia di AFC berada di posisi 24 Asia dan 7 ASEAN. Bahkan, untuk verifikasi Liga Champions Asia tak lolos langsung,”

“Bagaimana mau mendapatkan timnas yang kuat bila kompetisinya tidak sehat. PSSI harus segera mengambil sikap soal buruknya tata kelola sepakbola nasional,” Akmal menegaskan. (ads)