Foto: Dok. Kemenparekraf

 

 

 

 

 

Kanalnews.co, JAKARTA — Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sesmenparekraf) Ni Wayan Giri Adnyani menyampaikan pentingnya peran perempuan dalam mendukung kemajuan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang inklusif dan berkelanjutan.

Ia menyebut, berdasarkan data UN Tourism secara global sebanyak 54,22 persen pekerja di sektor pariwisata mayoritas perempuan 

Hal itu disampaikan Sesmenparekraf Ni Wayan Giri Adnyani saat membuka Webinar Series #2 Pendidikan dan Pariwisata yang berlangsung secara daring, Rabu (31/7/2024) di Jakarta.

“Sudah semakin banyak champion-champion perempuan di sektor pariwisata pada lima unsur pentahelix pariwisata,” ujar Ni Wayan Giri.

Meski begitu, sambung Giri, perempuan masih belum sepenuhnya terwakili pada posisi manajerial pariwisata, sebab lebih banyak menduduki posisi rendah.  

“Tingkat partisipasi perempuan dalam sektor pariwisata akan ditentukan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan yang diikuti sebelumnya,” ucap Ni Wayan Giri.

Lebih lanjut, Giri mengungkapkan bahwa melalui Webinar Series #2 Pendidikan dan Pariwisata yang berkerja sama dengan Women Communication Network (WCN) menjadi wadah belajar, utamanya bagi perempuan untuk saling bertukar pengalaman maupun pengetahuan di bidang pariwisata dari perspektif pemerintah, legislatif, dan praktisi, serta  membangun jejaring di kalangan perempuan.

“Sebab pariwisata berkembang dengan baik karena dukungan berbagai stakeholder, maka SDM dengan latar belakang berbagai disiplin keilmuan juga diperlukan,” ungkap Ni Wayan Giri.

Ia juga menyebut bahwa Kemenparekraf menaungi 6 Politeknik Pariwisata yang ada di Medan, Palembang, Bandung, Bali, Lombok, dan Makassar. 

“Kurikulum yang digunakan telah berstandar MRA-TP (Mutual Recognition Arrangement on Tourism Professionals) demi meningkatkan kualitas pendidikan dan menghadirkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri pariwisata,” kata Ni Wayan Giri.

Sementara itu Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudin mengatakan bahwa pada tahun 2045 mendatang, pariwisata diprediksi menjadi satu pilar perekonomian Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan. Sedangkan perempuan tentunya mempunyai peran penting dalam kemajuan 2045 mendatang, terlebih di sektor industri pariwisata.

Namun, kata Hetifah, tantangan perempuan di sektor pariwisata masih banyak dijumpai seperti, adanya “male gaze” yang menjadikan perempuan kehilangan rasa percaya diri akibat diskriminasi gender.

Karenanya, menurut Hetifah, perlu ada upaya untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan Parekraf Indonesia. 

“Seperti women support women untuk bertumbuh dan berkembang, perumusan kebijakan teknis peningkatan kualitas hidup dan perlindungan hak perempuan, komunitas ramah gender yang aktif mengedukasi perempuan parekraf Indonesia, hingga women tourism mitigation guna memitigasi tantangan perempuan parekraf,” ujar Hetifah

“Mudah-mudahan ke depan hal ini bisa menjadi satu kekuatan untuk kita dalam mengembangkan dan mengedukasi tidak hanya untuk perempuan parekraf, namun untuk kalangan perempuan secara keseluruhan,” imbuh Hetifah.

Ia juga berharap melalui pendidikan perempuan dapat menjadi leading actors dalam membangun karakter pendidikan di lingkungan keluarga maupun masyarakat.

“Memiliki akses yang lebih baik untuk mendapatkan pekerjaan atau membangun bisnis di bidang parekraf, dan mampu mengurangi diskriminasi dan pelecehan seksual di lingkungan kerja” kata Hetifah 

Di sisi lain, Manager Pengembangan Program Indecon.id dan dosen di Universitas Tarumanegara Jakarta, Wita Simatupang, mengungkapkan bahwa dari segi lembaga pendidikan perlu ada langkah inovatif dalam menyusun bahan ajar agar sesuai dengan permasalahan yang ada.

“Isu-isu seperti climate change atau digitalisasi bukan cuma bagian jurusan TI (Teknik Informasi) atau komputer tapi juga harus masuk ke dalam kurikulum di bidang pariwisata,” kata Wita.

Penempatan mahasiswa magang, kata Wita, juga penting diperhatikan supaya mahasiswa benar-benar mempunyai pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat melahirkan SDM yang unggul dan berdaya saing.

 “Seperti simulasi pembuatan paket wisata, famtrip, identifikasi potensi, pembuatan materi interpretasi, hingga familiarisasi teknologi digital,” ucap Wita.

“Buat kami penempatan mahasiswa magang seperti ini bisa sangat membantu proses pengembangan SDM dan membantu proses aktualisasi ilmu yang diterima dari sekolah,” ujarnya. (aof)