KANALNEWS.co, Jakarta, Provinsi Maluku disebutkan sebgai daerah termiskin ke empat di Insdonesia dibawah kepemimpinan Gubenur, Ir. Said Assagaff. Yaitu, Gubernur yang dinilai tidak pro rakyat dan anti demokrasi.
Demikian dijelaskan Ketua “Moluccan Community” Arnold Thenu di Jakarta, Rabu (7/9 pada acara diskusi publik berkaitan dengan hari perayaan 441 tahun Kota Ambon yang diperingati Rabu, 7 September 2016 hari ini, yang dihadiri oleh selain koministas juga mahasiswa asal Maluku, wartawan dan masyarakat Maluku di Jakarta.
Arnold Thenu, mengatakan, kalau Maluku memiliki pemimpin yang kuat dan bisa mengayomi, dan pemimpin Maluku yang memiiliki loyalitas, maka daerah Maluku sudah tentu tidak miskin seperti sekarang ini.
“Namun, sayang pempimpin di Maluku (Gubernur dan Bupati) tongkosong semua. Contoh kecil saja, Gubernur Maluku anti demokrasi. Karena dia anti demokrasi, maka dia tidak mau menerima perbedaan-perbesaan. Pada hal dalam duania akademisi, kaum intelektual biasalah soal mengkritisi itu biasa. Tapi, sayang Gubernur Maluku sangat anti demokrasi, dia tidak mau menerima perberdaan,” kata Arnold Thenu.
Menurutnya, Gubernur Maluku, Said Assegaff sangat anti demokrasi. Terkait pernyataan ini, Arnold Theni, menyatakan beesedia dikonfronter dengan yang bersangkutan (Pak Gub. Maluku, Said Assegaff).
“Satu contoh lagi bahwa ketika PNS PNS di Pemda Maluku memberi like di sebuah status di media sosial terkait kritikan terhadap Pemda Maluku, itu PNS-PNS langaung dipanggil dan ditegur dan peringatkan. Jadi, Pemda Maluku kebijakannya tidak boleh dikritisi di media media sosial, itu antara lain bentuk pemimpin Maluku yang tidak bisa diharapkan dalam membangun Maluku,” kata Arnold Thenu.
Kalau ingin Maluku maju, kata Arnold, masyarakat Maluku jangan sampai diperlakukan seperti saudara saudara di Papua. Di Papua, kata Arnold, ada tambang emas yang besar akan tetap masyarakatnya, miskin.
Masela
Ketika menyinggung Blok Masela, Arnold, mengatakan, tak ingin terjebak pada opsi-opsi yang dibuat Pemerintah. “Kami tidak mau terjebak opsi di darat atau di laut (offshore/onshore). Yang kami inginkan adalah Blok Masela itu memberikan kesejahteraan bagi rakyat Maluku. Yang kami inginkan 70 persen dari pekerja di Blok Masela adalah para putra daerah alias orang Maluku,” kata Arnold.
Kalau investor mengatakan sumber daya Manusia (SDM) di Maluku kurang, investor wajib melaksanakan training atau pelatihan-pelatihan bagi putra daerah Maluku.
Sebab, jika putra daerah tidak terlibat langsung dalam aktivitas pekerjaan di Blok Masela, maka semua yang tertuang dalam MoU, akan berbeda dengan yang terjadi di lapangan nanti. “Perisipnya, masyarakat Maluku tak ingin pernyataan dalam MoU itu berbeda dengan yang terjadi di lapangan. Sebab, kita belajar dari daerah Papua, ada tambang emas yang besar tapi tdak ada kemajuan yg signifikan. Jadi, apa yang terjadi di Papu itu kita tidak ingin terjadi di Maluku,” kata Arnold.
Oleh karena itu, masyarkat Maluku berharap agar perguruan tinggi di Maluku juga membuka program studi atau fakultas yang berkaitan dengan teknik pertambanga dan industri migas. Program program studi itu pada saat ini seharusnya sudah berjalan.
“Kami harap jika Blok Masela ini telah berproduksi, ini akan peningkatan kesejahteraan masyarakat Maluku, nantinya. Ini, tentu akan menambah pendapatan asli daerah terjadi secara signigikan. Karena ahli waris Blok Masela adalah masyarakat Maluku,” kata Arnold.
Blok Masela harus memberikan dampak positif terhadap msyarakat Maluku. Kalau bicara tenantg kemiskinan yang melanda masyarkat Maluku, itu yang menciptakannya adalah orang Maluku it sendiri yang membiarkan pemimpinya tidak pro atau tidak loyak terhadap rakyat Maluku.
Mengenai eksplorasi gas alam Abadi di Blok Masela, Arnold ingin bahwa blok tersebut kelak kalau sudah berproduksi memeberikan dampak yang signifikan bagi kemajuan perekonomian masyatakat Maluku.
“Untuk itu SDM kita harus dikembangkan melalui fakultas ilmu pertambangan di perguruan tinggi di Maluku. Namun, sayangnya sampai sekarang belum terealisasi. Yang kita inginkan adalah fakultas teknik atau teknologi atau apalah namanya yang menyakut pertambangan dan industri migas tersebut segera didirikan di Maluki, sehingga lulusannya nanti dapat diberdayakan di Blok Masela,” pungkasnya. (mulkani)