Kanalnews.co, JAKARTA– Berbagai pemberitaan terkait ajakan boikot terhadap produk-produk terafiliasi Israel sering disalah tafsirkan yang akhirnya bisa menjadi bola liar di masyarakat. Untuk itu, diperlukan kejelian masyarakat untuk bisa memilah-milah dan menyikapinya.
Pakar Pemasaran, Ardi Wirda Mulia, mengatakan kesalahtafsiran dalam menyikapi pemberitaan terkait isu boikot produk-produk terafiliasi Israel itu jelas sangat berdampak buruk terhadap brand-brand produknya. Menurutnya, perlu adanya verifikasi mengenai kebenaran dari berita-berita tersebut.
“Seharusnya masyarakat jangan percaya begitu saja, tapi harus jeli dan perlu melakukan verifikasi lagi apakah brand-brand yang disebut dalam pembicaraan itu memang benar-benar ada keterkaitannya dengan Israel,” ujarnya.
Sementara, pakar pemasaran lainnya, Hermawan Kartajaya, melihat pemberitaan yang menghembuskan nama-nama produk terafiliasi Israel itu bisa dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk kepentingan bisnisnya sendiri dengan sengaja menjatuhkan para pesaingnya.
“Masalah politik negara lain hendaknya jangan dibawa-bawa untuk melakukan politisasi bisnis. Artinya, menggunakan masalah politik dengan menjadikan isu boikot itu untuk sengaja menjatuhkan produk-produk pihak lain,” ujarnya.
Menurutnya, kalau isu boikot itu murni dari masyarakat sendiri tanpa dibacking pihak-pihak tertentu, itu tidak masalah. Karena, biasanya isu boikot itu akan hilang secara seketika setelah konflik Israel-Palestina itu redah.
“Karenanya, saya mengingatkan agar perusahaan yang melakukan kecurangan itu berhati-hati karena bisa terjadinya backfire ke mereka jika situasi kembali redah,” katanya.
Penceramah yang pernah bekerja sebagai marketing, Haikal Hassan, bahkan melihat pemberitaan terkait isu boikot terhadap produk-produk terafiliasi Israel itu bisa menjadi bola liar di masyarakat yang bisa disalah tafsirkan.
“Kita sepakat untuk sama-sama tidak setuju dengan tindakan Israel terhadap rakyat Palestina. Tapi, dengan memberitakan sesuatu tanpa bukti itu bisa menjadi liar di pasar,” kata penceramah yang kerap disapa Babeh Haikal ini.
Seharusnya, katanya, kalau memang benar-benar serius laporannya, harus dibuktikan juga berapa persen misalkan dari produk-produk yang disebutkan terafiliasi Israel itu yang digunakan untuk mendukung agresi militer Israel ke Palestina.
“Kan kelihatan dari portfolionya. Tapi ini kan tidak ada buktinya sehingga yang terjadi di pasar sekarang liar,” ucapnya.
Dia menegaskan sungguh tidak adil perlakuan boikot yang dilakukan masyarakat. Pasalnya, sebagai seorang sales dan marketing, dia mengerti betul betapa susahnya untuk mendapatkan satu share atau satu pajangan saja.
“Dulu, kita harus berjuang luar biasa hanya untuk mendapatkan tambahan satu slot saja di pasar retail. Kita nunggu berbulan-bulan. Nah, sekarang perjuangan itu jadi hancur dalam sehari hanya oleh isu produk Yahudi yang belum ada buktinya. Itu sangat tidak adil dan kita harus hati-hatilah dalam menyikapinya, jangan asal ikut-ikutan saja,” tukasnya.
Sebagai seorang sales dan marketing, dia juga khawatir isu boikot terhadap produk afiliasi Israel ini bisa dimanfaatkan oleh produsen untuk melakukan persaingan yang tidak sehat.
“Jadi, harusnya ada buktinya bahwa produk-produk itu memang benar-benar terafiliasi Israel. Kalau tidak ada buktinya, ini bisa dimanfaatkan oleh produsen-produsen tertentu untuk melakukan persaingan tidak sehat,” katanya. (adt)