KANALNEWS.co, Jakarta – Jajaran Pertamina dan PLN pasrah terhadap keputusan pemerintah yang tidak akan menaikkan tarif listrik dan harga bahan bakar minyak (bbm).
Padahal secara hitung-hitungan, komponen produksi naik. “Memang secara hitung-hitungan harga bbm naik, termasuk premium,” ungkap VP Corporate Communications Pertamina, Adyatma Sardjito, dikutip Poskota, Sabtu (20/10).
Kenaikan harga bbm ini dipicu naiknya minyak dunia yang kini mencapai level 80 dolar AS/barel. Selain itu juga melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Kedua komponen ini sangat mempengaruhi biaya produksi bbm.
Namun demikian, keputusan naik atau tidaknya harga tergantung pemerintah. “Kami sebagai operator hanya melaksanakan penugasan. Apa yang diputuskan pemerintah ya harus diikuti,” jelasnya.
Bila sebelumnya Menteri ESDM Ignasius Jonan mengumumkan harga premium naik dari Rp6.500 jadi Rp7.000/liter. Namun perkembangan terakhir, kenaikan harga bahab bakar jenis ini dibatalkan Presiden Jokowi.
“Keputusan terakhirnya tidak naik, ya kami harus melaksanakan perintah itu,” jelas Adiatma.
Hal senada juga dikatakan Agung Murdifi, Manager Senior Komunikasi PLN. “Kalau lihat indikator tarif memang naik,” katanya.
Ada 3 indikator dalam penghitungan tarif, yakni harga energi primer, kurs dan inflasi.
“Ketiga komponen tarif ini naik semua,” jelasnya.
Namun pemerintah sudah memastikan sejak awal, tarif listrik tidak naik. “Jadi kami tetapkan tarif listrik sampai sekarang,” tambahnya.
Sementara itu, General Manajer Unit Induk PLN Distribusi Jawa Barat, Iwan P, mengaku biaya produksi pokok (BPP) listrik memang tinggi saat ini. Mencapai Rp1.300/kWh.
Kenaikan BPP listrik ini, terkait naiknya harga batubara dan gas.
Ia mengaku dealnya BPP listrik hanya Rp1.000/kWh. Hanya saja, ia menyadari kalau BPP hanya sebesar ini tidak akan menarik investor. (mul)